Kehidupan itu memang terkadang terlihat tidak adil. Namun jangan
pernah menyalahkan TUHAN mu yang menciptakan semua jalan ini. Keadilan
hanya milik NYA semata yang tak pernah memilih atau memandang sebelah
mata umat-umatnya.
Di dalam keluarga sering terlintas ketidakadilan tersebut. Hanya
karena kekurangan dan kesempurnaan yang menjadi faktor paling dominan…
“Bagaimana dok dengan kondisi Airin?” tanya mamah Nina
“Kondisi Airin kini semakin memprihatinkan, satu demi satu organnya melemah…” jawab dokter Briyant
“Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan Airin dok…?” lanjut mamah Nina
“Kita terpaksa harus mencari lagi pendonor sum sum tulang belakang yang
cocok untuk Airin dan biasanya itu adalah anggota keluarga terdekat
Airin…” jelas dokter
Airin hanya bisa terllihat dari ruang ICU yang sangat kritis. Airin
memang sejak kecil memiliki fisik yang sangat lemah dan itu membuat dia
terlalu mudah untuk jatuh sakit.
“Kenapa harus aku lagi mah, apa kurang cukup semua yang udah aku kasih ke kak Airin…” kata Devi sambil menangis
“Terus siapa lagi yang bisa menyelamatkan kakak kamu kalau bukan kamu
dev, apa kamu ndak kasian lihat kakak kamu sekarat seperti itu…?” tegas
mamah Nina
“Tapi mah apa harus seluruh organ tubuhku ini aku kasih ke kak Airin?
Mau sampai kapan mah, apa sampai organ di tubuh aku ini habis
menggantikan organ-organ kak Airin…?” jawab Devi
“Mamah bicara seperti ini bukan semata meminta persetujuan dari kamu
tapi untuk mengingatkan kamu untuk bersiap, karena operasi itu akan di
lakukan besok pagi, lebih cepat lebih baik…” tegas mamah Nina lagi tanpa
membiarkan Devi untuk berbicara lagi
Akhirnya Devi pun tak bisa menolak kemauan mamah Nina. Tepat pukul
10.00 Wib, ruang operasi menyala tanda operasi akan segera di mulai. 2
jam berlalu dan begitu menegangkan dan akhirnya selesai juga operasi ini
dengan sangat lancar. Mamah Nina langsung menemui Airin yang masih
belum sadarkan diri.
Dua minggu berlalu dan Airin sudah diperbolehkan pulang. Mamah Nina
dengan penuh kasih sayang merawat dan menemani Airin sampai ia pulang
tanpa memikirkan sedikit pun Devi yang juga terbaring lemah di rumah
sakit.
Perlakuan seperti ini memang sudah terjadi sejak Devi kecil.
Kondisi Airin semakin membaik namun sebaliknya kondisi Devi malah yang semakin memburuk.
“Dev, kamu kok kelihatannya semakin hari semakin pucat, kamu sakit ya
Dev…?” tanya Airin yang memang dari tidak mengetahui bahwa pendonor
selama ini adalah adik kandungnya sendiri yang sangat dia cintai.
“Ndak apa kok kak, Devi baik-baik aja, sebentar lagi juga sembuh…” jawab Devi yang hanya bisa menahan segala rasa sakitnya
“Syukurlah kalau begitu, kakak sayang sama kamu Dev jadi kakak ndak mau
sampai terjadi apa-apa sama kamu..” ulas Airin sambil memeluk Devi
Devi hanya bisa menangis menahan semua yang dia rasakan selama ini.
Berjalan di jembatan yang sepi namun tenang. itulah yang selalu Devi
lakukan jika dia sedang sedih. Devi mencurahkan isi hatinya dengan
menangis sepuas hatinya di jembatan yang menjadi saksi bagaiman
perjalanan hidup Devi yang tak pernah adil kepadanya.
“Kenapa selalu aku ya ALLAH, semua organ di tubuh ku hampir habis
untuk menyelamatkan kakak ku Airin. Darah, Ginjal, dan sum-sum tulang
belakang aku. Sakit ya ALLAH, apa yang bisa ku perbuat jika semua itu
permintaan mamah yang sangat saya sayangi. Jika memang itu membuat
mereka semua bahagia, aku ikhlas ya ALLAH bahkan jika nyawa ku pun aku
rela. Tapi 1 yang akun pinta pada mu, ijinkan aku di peluk dan di
panggil sayang oleh mama ku yang selama ini tak pernah menganggap aku
anaknya…” jerit Devi dengan air mata yang tak mampu ia bendung lagi
“Jadi ini alasan kenapa kamu berubah menjadi selemah ini Dev…?”
sambung Airin yang ternyata telah mendengarkan semua yang di katakan
Devi
“Kak Airi? sejak kapan kakak ada di situ…?” tanya Devi yang gugup menghapus air matanya…
“Aku ndak pernah menyangka kalian semua bisa menyembunyikan semua ini
sama aku, aku ndak perlu kalian kasiani. jika aku tau bahwa kamu yang
selama ini menjadi pendonor untuk ku, aku lebih baik mati Dev jika harus
mengorbankan masa depan kamu…”
“ndak kak, aku ikhlas kok, bahkan aku rela jika harus menukar nyawa aku untuk kakak..” jawab Devi sambil memeluk Airin
“lebih baik aku yang mati Dev, aku sudah ndak berguna lagi…” lanjut Airin semakin lirih dan…
“kak Airin, kak kakak kenapa…?” teriak Devi panik karena Airin pingsan
“Ini semua karena kamu, awas aja kalau terjadi apa-apa dengan kakak
kamu, kamu nyang harus tanggung jawab…!” tegas mamah Nina kepada Devi.
“Maaf bu, seharusnya ini tidak terjadi terhadap Airin. karena ini sangat
fatal akibatnya. terjadi penyumbatan di pembuluh jantungnya dan
ternyata jantung Airin terdapat kelainan. dan harus segera kita lakukan
pencakokan jantung…” kata dokter
“biasanya mamah meminta aku untuk memberikan apa pun yang di butuhkan
oleh kak Airin tapi kali ini dengan tekad ku sendiri. aku siap menjadi
pendonor jantung buat kak Airin. dan aku yakin jantung ku pasti cocok
karena selama ini kan seperti itu…” sambung Devi memotong pembicaraan
dokter Briyant
mamah Nina kaget mendengar pernyataan dari Devi, spontan mamah Nina memeluk Devi
“mamh ndak nyangka, ternyata ada berlian yang selama ini mamah
sia-siakan, mamah minta maaf karena selama ini ndak pernah menganggap
kamu ada dan menjadikan kamu robot kakak kamu Airin, tapi…” sambung
mamah Nina
“mamah ndak perlu minta maaf gitu, Dev rela kok mah demi kak Airin dan
juga kebahagiaan mamah. aku cuma ingin mamah peluk seperti mamah meluk
kak Airin dengan segenap kasih sayang mamah…” tutur Devi
“mamah janji sama kamu, mamah akan peluk kamu dengan erat dengan rasa kasih sayang mamah…” jawab mamah Nina
operasi berjaln lancar dan itu merupakan pengorbanan terakhir Devi. dan kini jantung dari seorang anak yang berhati berlian…
ALLAH memberi tempat yang paling indah untuk Devi di sisinya dengan
segala kemuliaan hati dan keikhlasannya. Keadilan itu bukan hal yang
harus kita miliki karena di setiap pengorbanan yang tulus akan
mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya
sumber; http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/kenapa-harus-aku-mah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar